Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi berkembang sangat pesat, hal ini menjadikan manusia lebih mudah dalam berbagai urusan. Jarak yang jauh tidak lagi menjadi hambatan untuk saling berhubungan antara yang satu dengan yang lain, bahkan dunia terasa lebih kecil dan transparan. Penemuan dan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi telah membawa perubahan yang cukup signifikan bagi kehidupan masyarakat, di mana dalam perubahan tersebut terjadi pergeseran nilai-nilai yang menimbulkan implikasi terhadap berbagai aspek kehidupan. Perubahan yang baik dan buruk pun menjalar dan masuk terbawa oleh arus globalisasi dan informasi sampai pada lingkungan tempat tinggal kita.
Lingkungan adalah salah satu faktor yang sangat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak. Apa saja yang ia dapatkan dari lingkungan dan segala sesuatu yang ditangkap oleh panca indranya akan terserap masuk ke dalam pikiran dan lama kelamaan akan mempengaruhi pertumbuhan kepribadiannya. Di sisi lain, kemajuan teknologi yang menyajikan segala sesuatu dalam bentuk audio-visual, semakin merambah ke seluruh aspek kehidupan, termasuk kehidupan anak. Di sinilah tantangan pendidikan agama pada anak dimulai, sebab apa yang terlihat dan terdengar oleh seorang anak lambat laun akan menjadi akrab dan ditirunya, akhirnya akan menjadi kebiasaan yang sulit menghindarkan dan menghentikannya. Hal tersebut akan menjadi bagian dari kepribadiannya dalam usia berkembang.
Hal-hal negatif dapat terbawa masuk ke dalam keluarga melalui, misalnya program atau tayangan televisi. Orang tua harus selalu memperhatikan dan membimbing anaknya dalam memilih macam dan jenis acara yang ditayangkan oleh televisi, radio maupun video, sehingga menghindarkan pengaruh negatif tersebut. Kemudian anak juga harus diberikan pemahaman ketika ia menyaksikan sebuah tayangan televisi, misalnya masalah kekerasan, kehidupan yang bebas dan kebobrokan perilaku sesuai dengan perkembangan kejiwaan anak.
Secara sederhana, ada beberapa hal yang menjadi tantangan orang tua dalam proses pendidikan agama dilingkungkan keluarga; Pertama, banyaknya pengaruh lingkungan yang menjadikan anak terlena hingga waktu yang semestinya dipergunakan untuk belajar ilmu agama tersita. Kedua, kurangnya komunikasi antara orang tua dengan anak, sehingga dasar agama belum mendapatkan perhatian secara khusus dikalangkan anak. Ketiga, kurangnya motivasi untuk anak dalam hal pendidikan mental agama, sehingga ada sebagian anak yang kurang semangat belajar agama. Empat, terlalu sibuknya orang tua sehingga melalaikan kegiatan pengajaran pendidikan mental terhadap anak.
Mencermati tantangan di atas, ada beberapa hal yang bisa dilakukan oleh orang tua untuk mengatasi masalah-masalah seperti tersebut, antara lain; Pertama, diharapkan kepada orang tua untuk mengontrol dan melakukan pembinaan secara kontinu kepada anak, terutama dalam pengembangan dasar agama Islam, misalnya mengajak anak turut serta dalam kegiatan-kegiatan keagamaan dan membiasakan anak membaca bacaan buku-buku keagamaan. Kedua, orang tua hendaknya dapat meluangkan waktu untuk mengontrol kegiatan anak terutama ketika mereka berada di luar rumah. Ketiga, orang tua memberikan contoh teladan yang baik, sehingga anak dapat meniru dan dapat menjadi kebiasaan dalam kehidupan mereka. Empat, adanya komunikasi yang terbuka antara orang tua dan anak, sehingga anak merasa ada tempat mengadu dan curhat terhadap segala permasalahan yang ia hadapi.
Jika beberapa langkah di atas dilakukan, insya Allah anak akan merasa diperhatikan dan merasa dibina oleh orang tuanya. Dan pada akhirnya anak tidak mudah terpengaruh oleh adanya berbagai tantangan dari dunia luar, hal ini dikarenakan anak sudah memiliki fondasi dasar keagamaan yang kuat.
Daftar Bacaan:
Zakiah Darajat, Pendidikan Islam dalam Keluarga dan Sekolah, Jakarta: Remaja Rosdakarya, 1995.
Abdurrahman Nawawi, Pendidikan Islam di Rumah, Sekolah dan Masyarakat, Jakarta: Gema Insan Press, 1996.